Elon Musk. (foto:dailytech)
Daimler dan Nissan menargetkan untuk meluncurkan mobil otopilot mereka pada tahun 2020. Sementara itu, Google menargetkan akan meluncurkan “self-driving car” dalam 5 tahun ke depan. Dibandingkan rival-rivalnya, Tesla punya target yang sangat ambisius. Elon Musk, CEO Tesla Motors, mengatakan, pihaknya akan mengembangkan mobil dengan sistem otopilot itu secara mandiri, dalam waktu “hanya” 3 tahun.
Sebanyak 90 persen dari sistem mobil tersebut akan akan dikendalikan oleh sistem komputer. Kenapa hanya 90 persen? Menurut Musk, proses pengembangan mobil yang 100 persen sistemnya dikendalikan oleh komputer akan memakan waktu lebih lama. Selain itu, peran manusia masih diperlukan untuk mengendalikan kendaraan itu.
Siapakah Elon Musk?
Elon Musk bukanlah pemain baru dalam industri teknologi. Banyak orang bahkan menjuluki pengusaha "nyentrik" dan futuristik ini sebagai Tony Stark di dunia nyata, meskipun dia tak berlaga bak superhero (Iron Man).
Musk dikenal sebagai salah satu pendiri PayPal. Dia juga menggagas penerbangan luar angkasa komersial melalui SpaceX, perusahaan pembuat roket dan wahana antariksa yang dia dirikan pada tahun 2002. Maka, tak heran jika dia berani memasang target ambisius untuk Tesla Motors, yang tak lain juga merupakan perusahaan miliknya.
Elon Musk lahir dan dibesarkan di negara asal ayahnya, Afrika Selatan. Pria kelahiran 28 Juni 1971 ini adalah anak tertua dari 3 bersaudara. Ayahnya adalah seorang engineer dan pemilik sebuah perusahaan konstruksi. Sementara ibunya, yang berasal dari Kanada, adalah seorang ahli diet.
Sejak kecil, Musk gemar membaca buku. Dia bisa menyelesaikan 2 buku dalam satu hari. Selain komik fiksi ilmiah, dia pun menaruh minat yang besar terhadap hal-hal yang berhubungan dengan antariksa.
Kecintaan Musk terhadap teknologi dimulai ketika sang ayah menghadiahinya sebuah komputer. Saat itu, usia Musk baru 10 tahun. Dengan komputer itu, Musk belajar membuat program komputer sendiri. Pada usia 12 tahun, Musk sudah menjual software buatannya sendiri. Software pertama yang dijualnya adalah sebuah game bertema luar angkasa. Gameberjudul “Blastar” itu dia jual seharga 500 dollar AS.
Ketika usianya 17 tahun, Musk pindah ke Kanada. Dia meninggalkan Kanada pada tahun 1992, untuk belajar bisnis di University of Pennsylvania, AS. Dia lulus dengan gelar sarjana ekonomi, dan melanjutkan kuliahnya di jurusan fisika.
Sejak awal, Musk sudah menetapkan 3 bidang yang ingin menjadi fokusnya. Ketiga bidang itu menurutnya penting bagi masa depan manusia, yakni internet, antariksa, dan energi bersih (clean energy).
Zip2 dan PayPal
Pada tahun 1995, Musk pindah ke California dan mendaftarkan diri untuk mengikuti program pascasarjana di bidang fisika energi di Stanford University. Tetapi, kuliahnya di Stanford itu hanya bertahan 2 hari. Musk keluar dari kampusnya untuk merintis sebuah startup(perusahaan rintisan internet) bersama adiknya, Kimbal Musk.
Startup itu bernama Zip2, menyediakan software untuk industri penerbitan konten online. Tak lama setelah berdiri, Zip2 berhasil mendapatkan investasi dari beberapa perusahaan media besar, seperti The New York Times, Hearst Corporation, dan Knight Ridder.
Pada tahun 1999, Zip2 diakuisisi oleh AltaVista yang ketika itu sudah dibeli oleh Compaq. Dengan nilai akuisisi sebesar lebih dari 300 juta dollar AS, kakak-beradik Musk pun masuk dalam kelompok jutawan muda di Amerika.
Mundur setahun ke belakang, pada 1998, Musk dan beberapa rekannya mendirikan X.com, sebuah perusahaan penyedia layanan keuangan online. Setahun kemudian, X.com mengakuisisi Confinity, perusahaan yang menyediakan sistem transfer uang antarperangkatmobile yang sedang populer pada saat itu, yakni Palm Pilot. Setelah akuisisi itu, nama X.com diubah menjadi PayPal.
Pada tahun 2002, PayPal diakuisisi oleh eBay senilai 1,5 miliar dollar AS dalam bentuk saham. Sebelum diakuisisi eBay, Musk adalah pemegang saham terbesar di PayPal, yakni sebanyak 11,7 persen. Akuisisi ini otomatis menambah nilai kekayaan Musk.
Kesuksesan Musk melalui Zip2 dan PayPal adalah bukti dari kekuatan visinya di bidang internet.
SpaceX
Hingga dewasa, Musk tidak melupakan obsesinya tentang luar angkasa. Dia ingin mewujudkan visinya untuk membawa manusia ke luar angkasa.
Pada tahun 2002, Musk menggunakan sebagian kekayaannya untuk mendirikan Space Exploration Technologies (SpaceX), perusahaan yang mengembangkan roket dan wahana antariksa untuk misi-misi ke luar angkasa. Hingga saat ini, dia menjabat sebagai CEO (chief executive officer) sekaligus CTO (chief technology officer) di perusahaan itu.
Pada tahun 2008, SpaceX memenangkan kontrak senilai 1,6 miliar dollar AS dari NASA. Salah satu proyek penting dalam kerja sama itu adalah pengembangan teknologi roket berbahan cair pertama, Falcon 1, yang diluncurkan ke orbit Bumi pada tahun 2009.
Pada tahun 2012, SpaceX juga membuat gebrakan dengan meluncurkan roket Falcon 9 dan pesawat kargo komersial pertama, “SpaceX Dragon”, ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (International Space Station atau ISS) di orbit Bumi.
Tesla Motors dan SolarCity
Visi Musk di bidang energi bersih dia wujudkan dengan mendirikan perusahaan mobil listrik, Tesla Motors, Inc pada tahun 2003. Produk pertama Tesla adalah mobil sport listrik berjuluk Tesla Roadster. Sekitar 2.500 unit mobil itu berhasil dijual ke 31 negara di dunia.
Pada 2012, Tesla meluncurkan seri Model S, mobil listrik berjenis hatchback 4-pintu. Tesla juga mengumumkan akan mulai memproduksi Model X, mobil listriknya yang berjenis minivan atau SUV (sport utility vehicle), pada tahun 2014.
Selain memproduksi mobil listrik, Tesla juga menjual sistem electric powertrain kepada produsen-produsen mobil lainnya. Di antaranya, Daimler AG dan Toyota Motor. Bahkan, Musk juga berhasil membuat kedua produsen mobil itu menanamkan investasi mereka di Tesla.
Kepedulian Musk terhadap lingkungan juga dia tunjukkan dengan menjadi investor utama di SolarCity, perusahaan penyedia energi bersih yang bertujuan memerangi pemanasan global. Pada 2012, Musk mengumumkan kolaborasi antara Tesla Motors dengan SolarCity.
Kiprah Musk memang cukup untuk membuatnya pantas disebut sebagai “Tony Stark” di dunia nyata, dan keikutsertaan Tesla Motors dalam kompetisi mobil berteknologi otopilot tentunya akan menggeser tren sekaligus memberi tekanan bagi industri otomotif untuk melangkah lebih maju.
0 comments:
Post a Comment
Tolong berkomentar dengan bahasa yang baik dan benar